Kamis, 30 Desember 2010

Berlebih-lebihan?

Ada sebuah blog yang lumayan jadi acuannya hizb Albaniyah/Salafi-indon dengan alamat: hxxp://rumahku-hina.blogspot.com (alamat sengaja disamarkan tapi dimiripkan dalam rangka mengusung azas praduga bersalah) dan ber-slogan "hijrahlah bersama kambing!" (lagi-lagi disamarkan tapi dimiripkan).
Tulisan-tulisan di situs blog tersebut kelihatan ilmiah, tapi sangat tendensius dan dilengkapi dengan logika yang keblinger. Saya akan cuba mengupas beberapa tulisan di blog itu dalam beberapa seri tulisan ke depan.
Untuk ulasan perdana, saya ambil salah satu contohnya mengenai tulisan: "Terapi dari Rasulullah Bagi orang yang terkena penyakit was-was percikan kencing ".
Judulnya serasa meyakinkan, padahal judul dengan sasaran tembak isinya tidak ada hubungannya dengan metode pensucian ala LDII.

Di salah satu potogangan tulisan, si pengikut hizb Albaniyah ini menulis:
"...Ada yang rela mengepel lantai, mencuci sajadah, pakaian dan sarungnya hanya karena terinjak atau digunakan selain kelompoknya, yang tidak diketahui apakah mereka sesuci ‘dengan gaya mereka’ atau tidak. Padahal kalau kebenaran itu sesuai metode mereka, maka seharusnya mereka cuci juga uang-uang dalam dompet-dompet mereka yang bahkan tidak diketahui dari tangan siapa uang itu sebelumnya?!!, ini suatu yang menggelikan..."

Potongan tulisan ini adalah cerminan dari si penulis yang tidak mau melihat pada kelemahan dan kekurangan diri sendiri. Usaha menjaga kesucian adalah sebuah hal yang positif. Adapun hal-hal yang di luar kemampuan tentu ada pengecualiannya. Yang penting sudah usaha. Memangnya, ketika seorang dari hizb Albaniyah mengharamkan foto, dia tidak akan menggunakan uang kertas dan koin yang ada gambar manusianya??? Janganlah mengejek orang lain yang justru berbalik jadi ejekan ke dirinya yang lebih menggelikan.

Kemudian di tulisan itu Nabi menganjurkan agar tidak was-was: jangan kencing di tempat dia mandi/wudhu. Dan ada beberapa cerita tentang sahabat/tabiin yang memercikkan air setelah kencing sebagai "ijtihad" pribadi. Tetapi rakyu si penulis malah membenturkan pendapat ulama yang berbeda cara mensucikan dengan sengaja membenarkan pendapat seorang ulama saja. Lalu tiba-tiba ditulis: "inilah contoh kaum salaf.. ." padahal yang memerciki air itu adalah sahabat juga. 

Inilah tipikal tulisan salafi-indon:
1. membenturkan cara dari berbagai macam "ijtihad" pribadi sahabat/ulama.
2. memilih dari "ijtihad" tersebut mana yang sesuai dengan cara idolnya (Albany) dan ditutup dengan "ini lho cara salafi"
3. meninggikan derajat "ijtihad" yang dipilih melebihi hadits-hadits mahsyur yang jelas-jelas tidak mendukung "ijtihad"/tatacara tersebut.
4. mengejek yang tidak sesuai dengan "cara salafi" dan kalau perlu dilabeli sesat/bid'ah.
Padahal di riwayat tersebut saya tidak merasa ada yang salah dengan "ijtihad" pribadi-pribadi sahabat/ulama yang memang tujuannya adalah untuk mensucikan dari bekas najis. Karena sikon dari masa ke masa pasti berbeda.

Kemudian di bagian tulisan yang lainnya si pengikut hizb Albaniyah ini juga menyindir LDII yang "ber-lebih2an" dalam air. Meskipun saya yakin orang-orang LDII setuju bahwasanya ber-lebih2an dalam air itu jelek, tetapi batas "berlebih-lebihan" sangatlah susah ditentukan. Meskipun nabi mencontohkan wudhu cukup dengan 2 liter air, tetapi memang mandi-nya beliau pun (sesuai hadits yang dikutip di tulisan itu) juga dengan 8 liter air (kira2 kurang dari setengah dari botol galonan aqua). Lha kalau si penulis menganggap wudhu-nya orang LDII berlebih-lebihan, berarti dia harus konsisten untuk mandi hanya dengan 8 liter air sekali mandi. Kalau lebih dari itu ya sama saja: "berlebih-lebihan" jatuhnya.

Moral dari sentilan saya: jangan suka saling menuding sesuatu hal yang abstrak seperti menembak LDII sebagai "berlebih-lebihan". Saya sering melihat di mesjid-mesjid LDII ada tulisan "jangan isrof". Itu menunjukkan bahwa orang-orang LDII sadar akan anjuran untuk tidak berlebih-lebihan. Kecuali anda mandi dengan 8 liter air setiap kali mandi, barulah anda boleh mengutarakan bahwa penggunaan air/wudhu orang LDII itu berlebih-lebihan.
 
Berpikir Sederhana
Ada dua cerita yang cukup menarik. Saya tidak tahu apakah ini benar2 ataukah cuma urban legend, chicken soup, ataupun hoax. Tapi tetap akan saya tampilkan di sini karena cukup inspiratif.

1. Para astronaut menemukan kesulitan dalam menulis di angkasa luar yang tidak ada gravitasi. Hal ini disebabkan pulpen yang biasa kita pakai di bumi mengandalkan gaya gravitasi sehingga tintanya bisa turun ke mata pulpen dan akhirnya menempel di kertas. Dua negara adidaya yang juga ahli dalam eksplorasi ruang angkasa: USA dan Rusia menanggap hal ini harus ditemukan solusinya karena tulis menulis di ruang angkasa sangat relevan dengan kegiatan penelitian yang mereka lakukan.
USA yang dimotori oleh pakar2 NASA mengeluarkan dana riset yang mahal dan meng-hire perusahaan consulting yang  besar untuk menemukan solusi ini. Setelah bertahun-tahun riset dan biaya jutaan dolar yang digelontorkan, akhirnya mereka berhasil menciptakan pulpen yang bekerja di ruang tanpa gravitasi.
Sementara anda tahu apa yang dilakukan oleh Rusia dalam menemukan solusi problem ini? Mereka mengganti pulpennya dan mulai menulis dengan PENSIL!!!

2. Di jepang pada suatu waktu banyak keluhan diterima dari pengguna sabun deterjen kotak yang menemukan kotak kosong ketika membeli produk deterjen kotak tersebut. Walhasil para produsen sabun menganggap ini adalah persoalan serius karena menyangkut kepercayaan konsumen.
Produsen/Pabrik A langsung bersikap dengan menggelontorkan dana riset menciptakan alat yang bisa mendeteksi kotak yang kosong. Setelah tahunan dan jutaan yen riset, mereka berhasil menciptakan alat yang bisa melihat (seperti x-ray scan) kotak sehingga bisa menentukan mana kotak yang kosong dan mana yang berisi. Problem resolved.

Sementara Pabrik sabun B memerintahkan kepala pabrik untuk meletakkan kipas angin di dekat ban berjalan sebelum pengepakan final. Sehinggal jika ada kotak yang terlewat diisi sabun deterjen, kotak kosong itu dengan sendirinya akan jatuh tertiup angin!!!

Terlepas dari ada tidaknya kejadian di atas, pelajaran yang kita bisa ambil adalah kesederhanaan berpikir. Problem selalu ada di kehidupan ini menunggu untuk diberikan solusi. Tetapi kebanyakan dari kita tergiring oleh intuisi bahwa setiap solusi pastilah menguras resource yang besar sehingga solusi-solusi sederhana sering terlewat. Tulisan ini tidak anti riset. Tetapi maksud dari tulisan ini adalah untuk jangan melupakan apa yang ada di sekitar kita. Jika memang bisa memecahkan masalah dengan meminimise efek sekunder, ya monggo dijalani. Jangan tergiur dengan jargon "solusi elegant" dalam memecahkan sebuah masalah.
Kemanakah arahnya dari tulisan ini?

Seperti kita lihat, perseteruan antara Salafi Indon dan LDII menginspirasi saya memuat tulisan ini. Pendekatan 2 kubu menggelitik saya menurunkan dua cerita di atas. Kubu salafi Indon dengan powerhouse nya para pakar Haromain yang dipersenjatai dengan manuscript2 lawas yang lengkap melawan kubu LDII yang kebetulan mewarisi ilmu haromain dengan kelengkapan manuscript standar.
Saya mau contohkan produk ijtihad sederhana: bagaimana membentengi efek buruk merokok bagi umat islam?

Kelompok salafi indon dengan kemampuannya dalam hal akses manuscript2 kuno menginventarisir semua pendapat ulama-ulama kemudian merangkum dan akhirnya membebek dengan produk: rokok itu barang haram. Maka yang menjualnya juga haram. Produsennya juga haram (silakan baca njelimetnya tulisan "ilmiyah" tentang rokok dari kelompok ini lewat websitenya yang bertebaran di dunia maya).
Sementara kubu LDII keluar dengan ijtihad: merokok haram (perbuatan merokoknya yang haram). Persoalan dilokalisasi. Efek sekundernya tidak terlalu besar. Tujuan juga tercapai.
Saya berpikir: kalau benda rokok itu haram, akhirnya yang menjualnya juga haram. Seharusnya makanan di meja yang ada rokoknya pun juga jadi haram. rumit. Belum lagi ada produk: foto haram. Maka kamera juga haram. Yang usaha cuci cetak foto juga haram. wuih rumitnya...