Jumat, 24 Desember 2010

Manhaj Para Salafush Shalih


Tidak ada yang salah dengan manhajnya salafush shalih. Tidak ada ada yang meragukan generasi awal adalah generasi terbaik. Tidak ada yang menafikan pemahaman dan amaliyah generasi awal adalah yang benar. Semua sepakat dalam hal ini.
TETAPI...
Apakah kita sudah mendapatkan pemahaman seperti pemahaman salafush shalih?, ini adalah hal lain dan perlu pembuktian. Dengan masuk pengajian yang mengusung jargon "sesuai dengan manhaj para salafush shalih" tidak serta merta langsung anda pasti mendapatkan pemahaman sesuai dengan para generasi awal.
Anda harus selalu melakukan cek dan re-cek. Jadi jangan mentang-mentang sudah masuk jadi anggota tetap pengajian otomatis merasa "aman" dan "benar". Kenapa? karena setiap orang/kelompok bisa ngecap. Kecap itu iklannya selalu nomer 1. Pembuktian lah yang akan berbicara. Pemahaman yang sesuai dengan salafush shalih bukanlah hak paten yang eksklusif dimiliki oleh pengajian tertentu. Dan tidak ada otoritas resmi yang melabel seseorang itu "salaf" atau tidak. Nurani andalah yang berbicara.
Ada beberapa "rules of thumb" atau kaidah yang harus anda pegang teguh dalam apakah sebuah klaim sebuah wacana tertentu benar2 sesuai dengan pemahamannya generasi awal.

1. Al Quran dan Sunnah yang tegak adalah sumber dari sumber segala hukum. Jadi kalaulah ada sebuah konklusi sebuah wacana yang bertentangan dengan (atau mengecilkan makna) 2 sumber hukum ini, waspadalah.
Contoh kasus: ada hadits shohih tentang mati jahiliyah. Mau dibolak-balik untuk dianalisa, mati jahiliyah adalah ancaman. Jika ada keterangan yang berusaha menggiring seolah-olah mati jahiliyah adalah mati biasa atau tidak apa-apa, seharusnya cukup untuk membunyikan bell alarm anda.
 
2. Ujilah dengan seksama jika mendapatkan sebuah sebuah quote dari sumber hukum yang lebih rendah, misalkan atsar sahabat, atau atsar ulama sepuh. Apalagi sebuah kutipan dari karya sastra gurindam seorang yang punya nama arab (tapi anda belum pernah mendengar namanya. Hanya kebetulan sudah ditempeli "label salaf" oleh kelompok pengajian anda :)
Contoh kasus: hmmm... banyak sekali. Salah satunya dengan mengquote (&memplintir) "ulama aqidah" (tidak jelas siapa yg dimaksud dengan ulama aqidah di sini) yang mengatakan bahwa sendirian itu tetap jamaah asalkan berada di atas kebenaran quran dan hadits.
Padahal itu adalah hanya definisi ulama. Diplintir pula. Padahal "sendiri tetapi tetap dalam jamaah" adalah keadaan khusus di mana tetap istiqomah meskipun tidak ada orang islam di sekitarnya. Jadi tidak bisa dipakai dalam keadaan di mana sudah banyak orang islam di sekitarnya dan sudah punya pengajian rutin pulak.
 
3. Anda harus melatih dan jeli untuk bisa membedakan: bahasa diplomatis -- terbuka, multitafsir, bahasa yang mengakomodasi volume yang lebih luas (biasanya bahasa ulama mahsyur)...
DENGAN
bahasa tertutup -- lebih sempit, to the point, saklek dan tidak multitafsir.
Contoh kasus: Ucapan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab tentang pembelaan tidak takfir:
“Tuduhan bahwa aku telah mengkafirkan kaum muslimin adalah dusta besar yang diada-adakan orang yang memusuhiku; untuk menghalang-halangi orang dari agama ini... Yang aku kafirkan adalah orang yang telah mengerti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia menghinanya, menghalangi manusia darinya, serta memusuhi penganutnya. Inilah yang aku kafirkan, dan alhamdulillah kebanyakan umat ini tidaklah demikian keadaannya.” (Kitab ad-Durar as-Saniyyah).
Ini jelas merupakan kalimat diplomatis. Tidak mengiyakan, tapi juga tidak sebaliknya. Dimanakah kuncinya? Kuncinya ada di kalimat ini: Yang aku kafirkan adalah orang yang telah mengerti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dia menghinanya, menghalangi manusia darinya, serta memusuhi penganutnya. Inilah yang aku kafirkan,...
Jadi jangan sampai "tertipu" dengan kalimat halus dan diplomasi. Syaikh ini tidak terang-terangan berkata "kamu kafir", tetapi hanya mengatakan "yang menentang ajaran Rasul ya kafir". Nah tinggal apakah perbuatan anda itu menentang rasul atau tidak, "suka2 gue menilai dong" (dalam hati sang syaikh :)
 
4. Waspadalah pada penggiringan opini. Modus operandinya adalah dengan menguras semua kutipan2 ulama yang (kelihatannya) sependapat. Jelas kelompok ini akan menginventarisir kutipan-kutipan ulama yang mendukung. Tetapi biasanya yang ditampilkan hanyalah penggalan-penggalan yang men-support argumen klp ini. Padahal kalau ditampilkan utuh mungkin baru kelihatan konteks yang sebenarnya. Tanyakan pada diri sendiri: seberapa mahsyur ulama yang mendukung? berapa banyak ulama yang mendukung? berapa persentasenya dengan yg "bersebrangan" (pembuktian terbalik)? Mungkin kelihatan silly. Tetapi itu lebih baik.

Intinya jangan mudah terpedaya dengan pengajian yang mengiming-imingi dengan label manhaj salafush sholih. Setiap orang bisa saja asal klaim. Ujilah dan percayalah pada kemampuan pribadi untuk menganalisa mana yang "cumi" dan mana yang asli.
Pada kenyataannya, para generasi awal semuanya berjamaah (dalam arti: punya imam dan baiat).
waspada-khawarij.blogspot.com