Jumat, 24 Desember 2010

Mujaddid Yang Memperkenalkan Kembali Konsep Jama'ah Sesuai Tuntunan Rosulullah


Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menyakini bahwa Allah tidak akan membiarkan agama yang suci ini hancur berkepig-keping dalam kegelapan firqah, berdasarkan hadits

Dari Abi Hurairah (setahu saya) dari Rasulullah beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah membangkitkan bagi umat ini, di tiap ujung seratus tahun, orang yang mengembalikan kemurnian ajaran Islam ini bagi pemeluknya.” HR. Abu Dawud no. 3740


Sekitar tahun 1941-an di Indonesia muncul seorang Mujaddid (tokoh yang mengadakan pembaharuan) yang berusaha menghidupkan Sunnah dan memperkenalkan konsep jama’ah yang sesungguhnya menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah dia adalah KH. Nurhasan Al-Ubaidah, walaupun hal tersebut bukanlah suatu perkara yang mudah, bermacam-macam fitnah, caci-maki dan tuduhan-tuduhan yang keji dilontarkan kepadanya, namu beliau tetap sabar dan terus berdakwah, setelah beliau wafat penghinaan yang terkeji justru dating dari kaum “salifi” mereka member gelar; KH. Nurhasan adalah Dajjal Al-Kaddzab. Wal iyadzu billah
Telah menjadi resiko seorang ulama’ yang memperjuangkan kebenaran pasti akan menghadapi coba’an dan tantangan yang sangat berat sebagaimana yang dialami para Nabi dan para ulama’ shalih terdahulu, contohnya; Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang dimusuhi oleh banyak orang bahkan oleh sesame tokoh agama Islam terdiri dari para Qadhi (juru hukum)dan para Fuqaha’ (ulama’) yang tidak rela membiarkannya hidup bebas di luar penjara.

Sejarah mencatat shingga wafatnya Syaikhul Islam berada di penjara, walaupun banyak orang yang mencintainya dan menerima serta meneruskan perjuangannya, akan tetapi tidak kurang orang yang mencacinya sehingga saat ini, di antaranya adalah; KH. Sirajuddin Abbas salah satu tokoh Asy’ariah di Indonesia dalam bukuya “I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jamaah” menuduh dengan tuduhan yang keji kepada Syaikhul Islam, antara lain;

1. Ibnu Taimiyah bukanlah termasuk Ahlusunnah Waljamaah dan tidak termasuk orang yang mengikuti manhaj ulama salaf ataupun khalaf.
2. Ibnu Taimiyah adalah dari golongan mujassimah dan musyabbihah yang sesat-menyesatkan sebab; mengatakan Allah duduk bersila di atas Arsy bertentangan dengan sifat Tuhan (dalam aqidah Asy’ariah) Mukhalafatuhu ta’ala lil hawadits.
3. Ibnu Taimiyah adalah ulama besar tapi otaknya sedikit kacau. Subhanallah

Dalam buku ini saya mencoba untuk sedit member pencerahan tentang makna dari Jamaah, namun saya terlebih dahulu ingin menekankan bahwa tulisan ini tidak dalam konteks menghukumi; siapa yang benar dan siapa yang salah, siapa yang iman dan siapa yang kafir, dalam tulisan ini saya hanya menyampaikan makna yang tersurat dan tersirat dari dalil-dalil sahih, namun sebagai orang yang beriman kita diajarkan untuk ridha terhadap hokum-hukum yang datingnya dari Allah dan Rasulullah

Artinya : Maka demi Tuhanmu, mereka [pada hakekatnya] tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. Qs. An-Nisa’ : 65

Artinya : Dan buku ini tidak untuk berdebat dengan siapapun karena agama bukan untuk diperdebatkan, agama untuk diyakini kebenarannya kemudian diamalkan, telah berlalu sunan orang-orang terdahulu, bahwa sekalipun hujjah haq dapat mengalahkan hujjah bathil akan tetapi tetap tidak menjadi jaminan akan membuat seseorang beriman, melainkan dengan izin Allah , bukankah Nabi Ibrahim alaihis salam telah mengalahkan hujjah raja Namrudz yang kafir sehingga sang raja terdiam (karena kalah dalam argumentasi) Qs.Al-Baqarah : 258 ?.

Bukankah Nabi Musa telah mengalahkan Fir’aun baik dengan ucapan maupun dengan bukti-bukti keNabiannya yang berjumlah “Sembilan ayat” ?
Tapi apakah kemudian Namrudz beriman dan mengikuti ajaran sang Khalil Ibrahim alaihis salam atau apakah kemudian Fir’aun bergabung menjadi pengikut Nabi Musa alaihis salam ? maha benar Allah atas firmanNya


Artinya "Sesungguhnya kamu tidak akandapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk"Qs. Al-Qashas : 56