Kamis, 23 Desember 2010

Al Jama'ah

Awalnya saya memandang lucu tulisan Al khawarij Albaniyah (Salafi Indon) mengenai Jamaah yang sering diasosiasikan dengan kekuasaan negara RI. Tapi lama-lama saya eneg juga dan pengin muntah. Coba lihat di blognya salafi gadungan: http://rumahku-hina.blogspot.com (url sengaja disamarkan tapi dimiripkan) mengenai tulisan Al-Jamaah baru-baru ini. Sudah dikasih tau berulang-ulang salahnya di mana masih juga bodohnya dipelihara. Mudah-mudahan setelah membaca tulisan ini hatinya dibuka. Tetapi kalau masih belum berubah juga mungkin memang sudah benar-benar idiot.

Selama ini kelompok sesat Salafi Indon ini masih saja berdalih Ulil Amri itu ya pemerintah RI. Ide sesat ini dibuat dengan berusaha mencocokkan cerita mengenai Imam Ahmad bin hambal yang taat dan tidak memberontak keimaman meskipun Khalifah pada saat itu zhalim. Atau berdalih bahwa Ibnu Abbas tidak memberontak kepada khalifah Hajjaj. Cerita sahabat di atas sih mungkin benar, tapi apakah cocok jika dijadikan hujah pemerintah RI yang sekarang itu adalah ulil amri yang harus ditaati?
Coba lihat gambar di bawah ini. Saya coba mengklasifikasikan kekuasaan dengan kacamata Islam untuk memudahkan penjabaran:



Di kuadran mana kondisi Ahamad bin Hambal dan Ibnu Abbas yang dipimpin oleh penguasa zholim? Jawabannya adalah kuadran 2.

Di kuadran manakah umat islam di dalam Negara RI sekarang? Jawabannya adalah kuadran 3.

Sudah bisakah melihat perbedaannya? Kuadran 2 dan Kuadran 3 jauh berbeda karena RI bukanlah negara berdasarkan Quran dan Hadits. Kebetulan saja presidennya adalah orang Islam dan orang baik-baik  (secara umum). Berbeda pada kasus Ahmad bin Hambal dan Ibn Abbas, mereka tinggal dan hidup dalam sebuah daulah Islamiyah yang berdasarkan Quran dan Hadits. Kebetulan saja penguasa (khalifah) pada saat itu adalah orang yang zholim. Kondisi Ahmad bin Hambal atau Ibnu abbas yang sedang dikangkangi khalifah zholim BERBEDA KASUS dengan umat islam di negara RI yang dipimpin presiden yang baik hati. Jauh berbedanya dari sisi hukum bagaikan siang dengan malam. Meskipun RI suatu hari dipimpin oleh seorang presiden yang Alim dan bersorban 2 meter dan berjenggot 1 meter serta setiap hari pakai baju koko serta naik onta, tetap tidak bakal sama legitimasi keimamannya dengan Khalifah Mamum ataupun Hajjaj. Khalifah Mamum ataupun Hajjaj tidak boleh dijungkalkan (menurut hukumIslam)selamamasihsholat.
Ahmad bin Hambal sedang "sial" saja mengalami masa kekhalifahan Mamum. Sedangkan umat Islam Indonesia sedang "untung" saja presidennya masih sering kelihatan ke mesjid istiqlal.
Tidak mengertikah anda wahai pengikut aliran Iblis Salafi Indon bahwa perintah Nabi untuk taat pada pemimpin/imam adalah maksudnya: taat pada imam yang keimamannya berdasarkan Quran dan Hadits? Mengapa kalian masih saja berdalih ini itu dengan membenarkan pendapat kalian bahwa hadits taat pada pemimpin serta tidak berontak itu adalah taat pada presiden RI? Kenapa masih saja bertameng bahwa Syaikh anu di Saudi sana menyuruh taat pada presiden RI adalah sesuai hadits?

Saya tantang anda salafi indon untuk membuktikan anda tidak hanya membebek syaikh anda. Tolong sampaikan pendapat anda mengenai perbedaan RI dan Daulah islamiyah kepada syaikh anda jika memang anda masih mau disebut orang ilmiyah. Perlu anda ketahui, meskipun syaikh anda ilmunya banyak dan saya menghormatinya, tetapi ketika memberi solusi berupa ijtihad dia akan tetap mengalah pada realita. Taat pada presiden RI hanyalah ijtihad sang syaikh yang mungkin di matanya adalah solusi terbaik yang bisa diberikan. Tetapi itu bukanlah kebenaran mutlak. Anda harus mengajukan argumen bahwa ijtihad itu kurang tepat karena Indonesia bukanlah Daulah Islamiyah. Kalau perlu silakan anda print bagan kuadran saya di atas dan berikan kepada syaikh anda. Berikan keterangan ini:

Kuadran 1: Zaman keemasan islam. Ada daulah islamiyah yang tegak dan Imamnya seorang yang shalih. Contoh kuadran ini adalah: masa Rasulullah serta masa kepemimpinan khulafaur rasyidin.

Kuadran 2: Ada daulah islamiyah (keimaman berdasar Quran Hadits), tetapi somehow pemimpinnya agak nyeleneh. But it's still ok, selama sang imam masih sholat. Contoh kuadran ini: ketika Khalifah Makmum/Khalifah Hajjaj berkuasa (jikalau cerita kezholiman mereka benar adanya).

Kuadran 3: Daulah Islamiyah yang dipimpin seorang khalifah tidak ada. Adanya negara sekuler dipimpin oleh seorang pimpinan negara, misalkan presiden. Contohnya: anda yang tinggal di Indonesia sekarang ini.

Kuadran 4: Daulah Islamiyah yang dipimpin seorang khalifah tidak ada. Adanya cuma negara sekuler yang dipimpin seorang pemimpin negara yang zhalim. Orang islam tidak boleh menjalankan ibadahnya sama sekali (Naudzubillah min dzalik). Contohnya: belum ketemu. Mungkin jaman Stalin/Kruschev dulu orang Islam dikejar dan dilarang beribadah.

Anda Salafi Indon juga mencla-mencle dan tidak konsisten. Anda menghina dan mengharamkan bentuk perjuangan PKS aka Ikhwanul Muslimin yang berjuang merebut kekuasaan dengan caranya bikin partai serta ikut pemilu. Anda menyebutnya itu adalah bentuk perjuangan fanatik golongan dan hizbi. Demokrasi pemilu bagi anda itu adalah barang haram karena itu berasal dari barat dan anda juga mengerti kepemimpinan tidak boleh diminta. Kalau berhenti sampai di sini saya tentu OK-OK saja. Tetapi yang membuat orang tertawa terbahak-bahak adalah ketika seorang sudah naik jadi presiden lewat proses demokrasi dan pemilu, eh malah anda akui sebagai amirul mukminin anda. Bingung kan? Itu sama saja anda mengharamkan daging babi mentah tapi kalau sudah jadi pizza pepperoni bolehlah/halal dimakan.

Bertobatlah wahai para salafi gadungan kembalilah ke jalan para Nabi dan para shahabat dan salafu sholih.. Kitab-kitab tentang keimaman, kesulthonan, daulah islamiyah seperti al ahkamu as shultoniyah, itu harus kita letakkan pada konteksnya: yaitu berbicara tentang kekuasaan berdasarkan AlQuran dan AlHadits (kuadran 1 dan 2). Kalau anda mencampurkan sistem sekuler dan non-islam dengan racikan kekuasaan islam ala hizbi anda, yang ada orang semua jadi bingung. Persis analogi saya tentang makan pizza peperoni tadi.
Mumpung malaikan izroil belum mencabut nyawa anda, gunakanlah sebaik-baiknya untuk bertobat. Allah suka dengan orang-orang yang telah sadar akan kesalahannya kemudian kembali bertobat.

nb:
Tulisan ini jangan disalah artikan dengan ajakan berontak pada pemerintah RI yang sah. Ini cuma ingin menunjukkan bahwa ketaatan salafi gadungan kepada pemerintah RI dengan memakai dalil-dalil Quran dan Hadits adalah hal yang salah dan kebablasan. Saya mengacungi jempol pada LDII yang bisa menempatkan hubungan yang baik (sesuai porsinya) kepada pemerintah RI tanpa harus melacurkan diri (seperti salafi gadungan) melampaui batas dengan memanipulasi hadits-hadits.